Friday, December 22, 2006

Knowledge and Responsibility

Apakah yang membedakan antara desainer (grafis) dan bukan?
Dengan adanya komputer dan program-program grafis yang user friendly, kini siapa saja bisa membuat desain. Buku-buku showcase dan berbagai buku belajar program grafis dan belajar desain bertaburan. Berbagai kursus desain grafis ditawarkan oleh sekolah ketrampilan, dan bahkan banyak universitas yang membuka jurusan dan program desain grafis. Setiap orang yang pernah punya pengalaman di dunia praktis periklanan, studio grafis, percetakan atau penerbitan dan pekerja grafis lainnya menjadi layak untuk menjadi pengajar desain grafis.

Sedemikian mudahkah menjadi desainer grafis?
Rasanya, Ya, mudah saja menjadi desainer grafis. Desain grafis adalah sebuah profesi dan disiplin yang paling demokratis dan tidak mempunyai banyak resiko bagi seseorang.

Sebenarnya, secara umum, desain lebih diperlukan oleh dunia yang sudah maju, baik dari segi ekonomi maupun sosial dan kebudayaan. Seni dan desain merupakan simbol bagi kemajuan sebuah budaya, ketika kehidupan individu sudah terpenuhi maka ia akan membutuhkan aktualisasi diri, dia merasa perlu menunjukkan kualitas karakter dirinya. Bagi sebagain orang melalui mendengarkan musik yang dianggap berkelas, menggunakan baju dengan fashion yang terpilih, alat komunikasi yang tidak hanya fungsional tapi mencerminkan karakter dirinya, serta mengkoleksi benda-benda seni sebagai status.

Tanpa ekonomi dan politik yang stabil, kehidupan sosial akan berantakan dan seni dan kebudayaan tidak dapat jauh berkembang. Setiap orang mempunyai rasa seni, setiap orang selalu mendesain, seni dan desain itu menjadi sangat individu dan fungsional sifatnya.
lalu apa yang dapat membuat seseorang yang mempelajarinya atau mendapatkan pendidikan di bangku kuliah berbeda dengan orang biasa yang terampil menggunakan komputer dan program desain grafis serta mempelajari desain-desain melalui buku-buku?

Kebutuhan primer biasanya mendahului kebutuhan hidup lainnya, dan desain grafis sering diandalkan sebagai profesi untuk memperoleh pendapat yang mudah dipelajari teknik dan ketrampilannya. Sayangnya, ilmu seni dan desain ini pada akhirnya jatuh kepada penyembahan terhadap estetika dan prinsip artistik saja. Mereka yang berkesempatan duduk menikmati bangku kuliah pada akhirnya sibuk untuk membedakan dirinya dengan 'tukang desain' alias orang-orang yang belajar teknik program desain saja.
Akhirnya banyak desainer grafis yang bermental pertukangan saja, kononya mereka mempunyai kemampuan membuat konsep desain, bukan sekedar desain yang terlihat artistik saja. Karya-karya mereka kononnya mengandung konsep komunikasi dan didesain melalui proses dan riset terlebih dahulu. Kita bahkan tidak tahu pasti konsep komunikasi apa, siapa dan bagaimana yang mereka pakai. Proses desain dan metode riset seperti apa yang mereka lakukan sehingga muncul berbagai desain-desain yang grafisnya seperti asyik sendiri.

pada akhirnya, ada dua hal yang perlu kita pertanyakan kembali tentang disiplin ilmu desain grafis dan pekerjaan serta profesi desainer grafis. Dua hal yang perlu untuk terus diulang-ulang dan senantiasa dipertanyakan kembali. Tetapi kedua hal ini masih jauh panggang dari api, karena desainer masih sibuk memenuhi kehidupan dan mempertahankan nyala api di periuk nasi rumah. Kedua hal itu adalah pengetahuan (knowledge) dan tanggung jawab (responsibility).

No comments: